Membangun Desa Sambora: Kiat Menjadi Penulis

gunung merapi

Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) terus memantau perkembangan letusan Gunung Merapi. Foto terbaru NASA yang diambil melalui fasilitas Advanced Spaceborne Thermal Emission and Reflection Radiometer (ASTER) pada Satelit Terra diambil Senin 15 November 2010. Foto didominasi warna merah tua ini menunjukkan bahaya aliran priroklastik Merapi. Longsoran berupa gas panas, debu, dan batuan membara meluncur dengan cepat. Bahkan mencapai kecepatan lebih dari 150 kilometer per jam. Aliran piroklastik ini biasanya mengikuti medan tertentu, namun bisa menyebar ke area yang lebih luas. Gambar dari instrumen ASTER pada Satelit Terra NASA menunjukkan aliran piroklastik yang besar di sepanjang Sungau Gendol, di Selatan Merapi. Deposit lahar mengalir ke Sungai Gendol. Sementara di utara tempat latihan golf Merapi, fitur merah menggambarkan daerah terdampak aliran piroklastik yang menyebabkan kehancuran nyaris total. Sementara, wilayah abu-abu gelap, sebagian besar pohon tumbang dan tanah dilapisi abu dan batu.

Minggu, 14 November 2010

Kiat Menjadi Penulis

Kepinginya sih menjadi penulis yang hebat, seperti penulis-penulis yang telah banyak menerbitkan beberapa buku. Namun entah kenapa keinginan itu hanya menjadi angan-angan saja yang sampai kini belum juga terwujud.

Padahal menurut beberapa pakar, menulis itu hanya tinggal kemauan kita saja, mau tidak kita menulis? Kalau kita mau pasti kita akan menjadi penulis. Ya seorang penulis yang bisa menghasilkan karya-karya nyata.

Namun yang menjadi permasalahannya apakah kita hanya sekedar menulis, seperti tulisan yang saya tulis ini. Kalau sudah begitu siapa yang akan membacanya, terbit di koran atau di media online itupun belum tentu. Kalau sudah begini jadi lemes lagi pengen nulis.

Memang sih, untuk menulis sesuatu itu tidak meski harus bagus, apalagi bagi penulis pemula. Namun paling tidak kita meski mempunyai tujuan terhadap sesuatu yang akan kita tuliskan. Apakah itu masalah sosial, budaya, politik, agama, dan lain sebagainya.

Lantas sudahkan saya memahami tentang masalah-masalah yang saya sebutkan di atas tadi. Nah kalau tidak akan susah juga jadinya. Nanti ketika tulisan kita dibaca orang, kemudian isinya salah kaprah, kan mendatangkan mudorot akhirnya.

Sebenarnya sih kepingin menulis sesuatu yang bermanfaat bagi orang banyak, namun kapasitasku sepertinya belum memadai, ilmu tentang kepenulisanku masih sangat minim, minim sekali. Jadi kalau sudah membuat tulisan nanti hanya bisa menjadi sampah.

Tapi ya tidak apa-apa to, wong menulis itu tidak perlu mengeluarkan energi banyak, tinggal otak-atik komputer ataupun laptop, sudah jadi tulisan, bila perlu menulis dengan buku tulispun jadi. Ya kan.

Buat para penulis, benarkah untuk menjadi seorang penulis itu tidak susah, benarkah untuk menjadi penulis itu cukup dengan kemauan kita saja. Namun apakah bisa kalau kita ingin menjadi penulis hanya bermodal kemauan saja?

Susah kan jadinya, sebab kalau kita hanya mengandalkan kemauan, tanpa memiliki pengetahuan dan ilmu yang memadai, akan sulit menjadi penulis, apalagi untuk menjadi seorang penulis yang bermutu.

Hmmm kembali lagi deh menggerutu, kalau begini terus, bagaimana mau menjadi penulis?? pokoknya aku harus yakin bisa menjadi penulis, meskipun itu sangat sulit direalisasikan. Karena dengan menjadi penulis berarti aku telah menyumbangkan hasil pemikiranku kepada orang lain. (***)