:AYO BANGUN DESA KITA WAHAI PEMUDA SAMBORA

Senin, 29 November 2010

Mengapa Harus BUlan Haji???

"Bulan haji akan datang panggil pak penghulu datang. Petikan lagu tersebut, nampaknya memang sudah dirancang sedemikian rupa, sehingga kondisinya sesuai dengan fakta yang terjadi di lapangan, di mana pada bulan tersebut banyak sekali pasangan anak manusia yang melangsungkan pernikahan.



Hampir sepanjang jalan ketika aku menuju Pontianak akhir pekan lalu banyak terlihat janur kuning melengkung di tepi jalan. Setidaknya dari mulai Mandor sampai ke Kota Pontianak ada puluhan janur kuning yang menjulur ke tepi jalan, sebagai pertanda di tempat itu sedang ada pesta pernikahan.

Terlihat beragam adat dan kebudayaan dalam pesta pernikahan tersebut, mulai dari cara-cara tradisional, semi moderen sampai yang dianggap moderen. Yang melayu dengan adat melayunya, yang jawa dengan adat jawanya demikian halnya dengan suku-suku lain yang ada.

Fenomena ini bukan hanya terjadi di Kalbar saja, di seluruh penjuru tanah air pun demikian. Pada hari Sabtu kemarin saja, aku menghadiri dua undangan, satu di Pontianak dan satu di kampung halamanku. Belum lagi beberapa undangan yang tidak sempat aku datangi.

Mengapa hal ini selalu terjadi setiap tahun, sebagian orang berpendapat bahwa bulan tersebut baik untuk melangsungkan pernikahan. Sehingga tidak mengherankan jika mereka beramai- ramai melangsungkan pernikahan pada bulan itu.

Hmmm Aku sendiri tidak tahu sih mengapa mereka bisa menganggap bahwa bulan tersebut adalah bulan yang baik. Sebab aku sendiri belum pernah mengetahui apa dasarnya, terkecuali dari kepercayaan orang-orang tua terdahulu.

Pernikahan memang menjadi momen sakral. Saking sakralnya, sekelompok masyarakat meyakini pemilihan hari dan bulan tertentu untuk pernikahan dapat menentukan pasang-surut kehidupan .pasangan suami istri keIak.

Namun, sebagian orang malah abai dan tak mempercayai. Kepercayaan akan adanya hari dan bulan baik atau naas dicap sarat mitos. Adakalanya tabir magis yang menyelimuti dan bertengger di balik tradisi keagamaan dan kepercayaan semacam itu .

Kalau menurut aku sendiri sih, semua hari dan semua bulan itu baik, tidak ada hari yang tidak baik. Yang tidak baik adalah seseorang yang menganggap hari dan bulan tersebut menjadi tidak baik.

Ibnu Taimiyah ketika ditanya tentang larangan bepergian dan berjima pada hari-hari tertentu maka beliau menjawab bahwa itu semua adalah batil karena Nabi saw telah melarang tathoyyur sebagaimana disebutkan dalam hadits shohih dari Muawiyah bin al Hakim as Sulamiy berkata," Aku mengatakan,'Wahai Rasulullah saw sesungguhnya ada sebagian dari masyarakat kita yang mendatangi dukun? Beliau saw bersabda,'Jangan kalian mendatanginya.' Aku mengatakan,'Diantara kita juga ada yang suka tathoyyur.? Beliau saw bersabda,'Itu adalah sesuatu yang terdapat dalam setiap kalian namun janganlah menghalangi kalian."

Jika Allah swt telah melarang thiyaroh yang mencegahmu terhadap sesuatu yang sudah kamu tekadkan, maka bagaimana dengan hari-hari dan malam-malam itu ? Akan tetapi disunnahkannya bepergian pada hari kamis, sabtu dan senin bukan berarti dilarang bepergian pada hari-hari yang lainnya kecuali hari jum'at karena apabila seseorang bepergian sehingga meninggalkan sholat jum'at maka disini terjadi perbedaan pendapat dikalangan para ulama. Adapun berjima' maka tidaklah makruh jika dilakukan dihari manapun. (Majmu' Fatawa juz VI hal 315, Maktabah Syamilah)

Diantara bahaya yang merusak aqidah seseorang tatkala ia meyakini bahwa ada hari-hari atau bulan-bulan tertentu yang baik atau tidak baik adalah: menghilangkan keyakinan bahwa segala sesuatu terjadi karena takdir Allah, menyandarkan segala urusan bukan kepada Allah swt dan tidak bertawakal kepada-Nya atas segala perbuatan yang dilakukannya.

Taat kepada Allah Diutamakan

Allah swt memerintahkan setiap anak untuk berbuat baik dan berbakti kepada orang tuanya, tidak menyinggung perasaan mereka atau menyakiti hatinya dengan tingkah laku atau kata-kata yang tidak mereka sukai karena hal ini termasuk dalam dosa besar.

Namun demikian kecintaan dan ketaatan kepada orang tua haruslah didalam perkara-perkara yang tidak dilarang Allah swt atau bukan didalam urusan-urusan kemaksiatan. Dan jika mereka berdua memerintahkan hal-hal yang dilarang Allah swt maka tidak ada ketaatan kepada mereka, sebagaimana firman Allah swt,"Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." (QS. Luqman : 15)

Diriwayatkan dari Harb, dia berkata, Sa'ad bin Malik berkata,'Ayat ini turun menceritakan tentang diriku. Dia bercerita,'Tatkala aku masuk islam maka ibuku bersumpah bahwa ia tidak akan makan apa pun dan tidak akan minum apa pun. Sa'ad berkata,"Pada hari pertama aku mengajaknya makan maka ia pun menolak dan tetap tidak bergeming. Pada hari kedua aku kembali mengajaknya makan dan ia pun tetap menolak. Pada hari ketiga aku mengajaknya lagi dan ia tetap saja menolak kemudian aku mengatakan,'Demi Allah seandainya ibu memiliki seratus nyawa dan keluar seluruhnya maka aku tidak akan tinggalkan agama ini.' Tatkala ibuku melihat dan mengetahui bahwa aku tidak akan melakukan apa yang dia kehendaki maka ia pun kembali makan. (Tafsir ath Thobari juz XX hal 138, Maktabah Syamilah)

Kisah Sa'ad terhadap ibunya diatas menujukkan keistiqomahannya didalam taat kepada Allah swt walaupun mendapat tantangan yang berat dari orang yang dicintainya, yaitu ibunya. Ancaman ibunya agar dia meninggalkan islam dan kembali kepada kemusyrikan tidaklah berpengaruh apa-apa terhadap keimanannya.

Namun demikian dia tidak melupakan untuk senantiasa berbuat baik kepada ibunya walaupun berbeda prinsip keyakinannya. Ia tetap setiap harinya memberikan perhatian kepadanya, menyediakan makanan untuknya serta mengajaknya makan bersama hingga Allah swt meluluhkan juga sikap kerasnya.

Maka disebutkan lagi didalam ayat itu,"Dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik." Yang artinya tetaplah seorang anak menghormati dan mentaati kedua orang tuanya didalam perkara-perkara yang tidak ada maksiat dan dosa kepada Allah swt. Jika ada perintah-perintahnya yang melanggar aturan Allah swt maka hendaklah ia menolaknya dengan cara yang baik dan santun tanpa harus meninggikan suara atau bersikap kasar terhadapnya.

Terlebih lagi jika kedua orang tuanya masih satu aqidah dengannya (islam) dan penyimpangan yang dilakukan hanya disebabkan ketidaktahuannya akan prinsip-prinsip islam maka mereka memiliki hak untuk diberitahu dan diajarkan tentangnya tanpa terburu-buru memberikan vonis terhadapnya.

Menolak keinginan untuk melakukan kemaksiatan seperti yang diinginkan kedua orang tua bukanlah berarti dia tidak mentaatinya karena ketaatan kepada kedua orang tua harus ditempatkan dibawah ketaatannya kepada Allah swt dan Rasul-Nya.

Tidak ada komentar:

Template by:
Free Blog Templates